Sejumlah penari berpose saat pengambilan foto pada Hunting Massive dalam rangka pemecahan rekor Muri memotret serentak nasional di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (9/10/2011). Memotret serentak tersebut dilaksanakan di 33 provinsi di seluruh Indonesia dalam rangka peluncuran website fotografer Indonesia. bmzIMAGES/Basri Marzuki
ALL
Tari Pamonte Massal
Ribuan siswi memainkan tari kolosal Pamonte di Lapangan Vatulemo, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (27/9/2011). Tari khas penyambutan tamu di lembah Palu itu diikuti oleh 5.460 siswi dan memecahkan rekor MURI sebagai penari terbanyak. Pagelaran tari itu juga sekaligus memperingati HUT Kota Palu yang ke-33. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Tari Rapa’i Geleng
Sejumlah penari memainkan tari “Rapa’i Geleng” khas Aceh pada pagelaran seni tradisi di Museum Sulawesi Tengah, Selasa (13/9/2011). Pagelaran seni itu diikuti oleh 22 perwakilan museum seluruh nusantara. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Penambang Pasir Tradisional di Palu
Penambang tradisional mengangkut pasir ke atas gerobak sapi di Sungai Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (10/7/2011). Pasir yang ditambang secara tradisional itu dijiual seharga Rp.25.000 per meter kubik kepada warga sekitar. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Kejurnas Paralayang di Matantimali
Sejumlah atlit melakukan take off pada Kejurnas sekaligus Open Indonesian Tournament Paralayang kelas cross country di Desa Matantimali, Kec. Marawola, Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (19/6/2011). Kejurnas tersebut diikuti oleh 78 atlit paralayang dari seluruh Indonesia dan 9 negara yang mengambil bagian dalam Open Indonesian Tournament yang memperebutkan point seri dunia. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Bertaruh Untuk Kelangsungan Hidup
BIBIR Pak Ahmad sumringah ketika kami tiba di dermaga Pulau Pasoso. Pulau ini terletak di selat Makassar yang dapat dijangkau sekitar 40 mil laut dari desa labean kabupaten donggala, Sulawesi tengah atau dengan jarak tempuh 3 jam dengan perahu motor 4 tenaga kuda. Anak-anaknya yang masih kecil-kecil berlarian ke dermaga melihat kedatangan kami. Tatapan anak-anak itu sangat tajam, sesuatu yang aneh dilhat pada diri-diri kami. Tatapan tu beralasan karena selama ini keluarga Pak Ahmad sehari-hari hanya mengitari pulau dengan luas tidak lebih dari 64 hektar itu.
Pak Ahmad adalah sentral kekuasaan di pulau yang hanya dihuni keluarga besarnya itu. Seorang istri, 15 orang anak dengan rentang usia tertua berusia 26 tahun dan termuda 2 bulan, plus tiga menantu dan 5 cucu adalah wajah-wajah yang berada dalam distrik kekuasaannya. Pak Ahmad menjadi raja bagi pulau itu, menjadi pengawas bagi kelangsungan hidup sejumlah spesies dan lebih jauh lagi menjadi decision maker bagi setiap persoalan yang muncul ditengahnya.
Sejak turun temurun Pak Ahmad mendiami pulau tempat bertelurnya penyu hijau yang langka itu. Keberadaanya tidak digugat pemerintah setempat karena dia punya andil dalam pelestarian lingkungan sekitarnya. Ia sangat berperan bagi pelarangan nelayan menangkap ikan menggunakan media peledak atau bom, ia pula mengelilingi pulau setiap hari kalau-kalau ada yang merusak terumbu karang di sekitarnya.
Suatu hari yang lampau, Pak Ahmad bahkan menjadi pioneer dalam usaha pelestarian penyu hijau. Ia menjadi sosok penyelamat setelah menangkarkan bayi-bayi penyu hijau sebelum di lepas ke laut bebas. Ribuan ekor bayi penyu berenang dengan riang ketika usia bertahannya dicapai dan dapat mempertahankan diri dari ganasnya hukum rimba yang berlaku di laut bebas.
Kini dalam keterbatasan dan gerogotan usia, pak Ahmad beserta keluarganya tetap bertahan di pulau yang kerap menjadi persinggahan bagi nelayan lainnya yang kemalaman mencari ikan di laut. Sumberdaya yang ada disekitarnya dikelola berdasarkan kearifan local yang dipercayainya. Anak-anaknya pun tumbuh bersama alam laut. Sayangnya, tak satupun dari 15 anaknya yang bisa mengecap nikmatnya pendidikan formal.
Pak Ahmad terus bertahan dalam hembusan angin laut. Mampukah dia bertahan di tengah gemerlapnya kemajuan teknologi di pulau seberang sana? Hingga saat ini Pak Ahmad masih terus bertaruh.***
Naskah dan Foto: Basri Marzuki
Kerusuhan di Lapas Petobo
Sejumlah petugas berjaga di depan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Palu yang dibakar oleh para narapidana (Napi) di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (4/4/2011). Lapas tersebut dibakar oleh napi yang dipicu oleh kematian seorang napi. Selain membakar Lapas, napi juga menyandera 2 sipir. 3 orang napi ditembak oleh aparat untukmengendalikan kerusuhan itu. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Peringatan Hari Asyura
Sejumlah pengikut Syiah melakukan aksi teaterikal saat memperingati Hari Asyura 10 Muharram di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (16/12/2010). Aksi yang diikuti puluhan pengikut itu melakukan long march seraya menyuarakan tasbih dari Taman GOR hingga Kampus STAIN Datokarama Palu. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Demo Bentrok Polisi Vs Mahasiswa
Seorang polisi memungut batu yang berserakan di jalan usai terjadi bentrokan dengan mahasiswa saat aksi unjuk rasa memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia di depan Kantor Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah di Palu, Kamis (9/12/2010). Pada bentrokan antara mahassiwa dan aparat itu, sedikitnya 15 mahasiswa diamankan. Sejumlah mahasiswa dan aparat mengalami luka-luka. bmzIMAGES/Basri Marzuki