Sejumlah peserta melakukan parade busana batik Bomba pada pemilihan putra putri batik di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (8/12/2013) malam. Parade itu dilaksanakan untuk memasyarakatkan batik Bomba sebagai batik khas di Palu sekaligus mengampanyekan batik sebagai bagian dari pakaian tradisi asli Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Basri Marzuki
Komunitas Musik Sampah
Sejumlah pelajar SMA Negeri 1 Palu yang menamakan diri Komunitas Musik Sampah memainkan alat musik yang dikumpulkan dan dirakit dari sampah-sampah di Taman GOR Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (11/6/2013). Penampilan itu merupakan uji latih sebelum mempertontonkan kepada khalayak dalam rangka mendapatkan nilai ekstra kurikuler di sekolah mereka. bmzIMAGES/Basri Marzuki
La Haku: Hidupku Ada di Kepalamu”
UNTUK pria seumurnya, ia terbilang masih cukup fit. Tuas kakinya masih kokoh menopang berat badannya berdiri hingga berjam-jam. Jari jemarinya masih lentik untuk menekan kodok pemangkas rambut dan gunting serta sisir. Ia bahkan bergerak kesana kemari, mengeker dan mengukur keseimbangan dan keharmonisan rambut pelanggannya.
Dialah La Haku, pria kelahiran 1936 ini masih kuat menggeluti profesinya sebagai tukang gunting rambut tradisional hingga sekarang. Ia tak mengeluh dengan gelarnya sebagai tukang gunting rambut yang dilakoninya sejak 36 tahun lalu. Justeru ada kebanggaan yang tersirat di wajah keriputnya karena lantaran itu ia bisa menghidupi keluarganya.
Jangan ditanya soal pengalaman ataupun suka duka menggunting rambut. Semua cerita sedih, gembira dan bahkan cerita menggelikan sudah dilaluinya, tak terkecuali ketika menggunting rambut Bandjela Paliudju muda yang kemudian menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Tengah selama dua periode.
Karakter pribadinya yang luwes menjadikannya dikenal dan disukai banyak orang. Tak heran jika pelanggannya rela menunda memotong rambutnya jika La Haku kebetulan tidak sedang bekerja. Di kalangan sesama tukang gunting rambutpun sosoknya cukup dihormati. Tak hanya ukuran senioritas, tutur katanya yang bijak membuatnya disegani.
36 tahun menggunting rambut di bawah tenda plastik bukanlah waktu yang singkat. Pasar Bambaru yang kini lebih populer disebut Pasar Tua menjadi saksi bisu ketika pertama kali ia memulai profesi itu. Ia hengkang dari pasar yang mulai ditinggalkan itu sejalan dengan berdirinya Pasar Manonda yang lebih modern. Namun meski lebih modern, tempatnya tetap di tenda.
Entah sampai kapan La Haku terus menggunting rambut. Bisa jadi hingga tidak ada lagi kepala yang ingin digunting rambutnya atau mungkin ketika tidak atau lagi rambut yang bisa tumbuh di kepala. Bagi La Haku, kepala sangatlah berarti, karena dari kepala itulah ia hidup.
Naskah dan foto: Basri Marzuki
Memugar Kehidupan di Toro
SIANG itu cukup terik, tapi warga tetap berkerumun di sekitar rumah adat Lobo yang baru saja dipugar. Kegembiraan terlihat di rumah adat itu dengan jumbai-jumbai janur kuning yang menghias di setiap sisinya. Lantunan musik bambu tak henti-hentinya terdengar. Seekor kerbau hitam pun disembelih untuk menandai syukur tiada tara atas kembalinya Lobo yang asli. Rumah adat yang diharapkan memberi pencerahan kembali akan keapikan hidup.
Tetua adat mengambil tempat di pinggir tengah, lalu berjejer di sisi kiri dan kanan para pemuka adat yang berada di level bawahnya. Mereka mewakili seluruh komunitas adat yang berdiam di dataran Toro, sebuah wilayah yang masih menyimpan keunikan tertua penduduk asli Sulawesi Tengah beretnis Moma.
Tetua adat memberikan pesan-pesan dalam bahasa Kaili khas etnis Moma. Pesan itu sarat dengan kebajikan hidup, bukan hanya dalam kaitan hubungan sosial terhadap sesama manusia, tetapi juga dalam hubungan dengan lingkungan. Hidup adalah anugerah yang diberikan Tuhan melalui alam, dan sepantasnyalah jika segala tindak tanduk mencerminkan rasa terima kasih kepada Tuhan dan alam.
Lobo menjadi lambang penjagaan integritas hidup, dia menjadi tempat bermufakat atas semua persoalan yang tumbuh dan berkembang bagi pemukim di sekitarnya. Di dalamnya tercermin kearifan lokal yang terus terjaga. Dengan harapan baru, mereka meletupkannya dengan syukur, santap siang bersama dan menari sakral raego sebagai wujud terima kasih. ***
Naskah dan foto: Basri Marzuki
Ritual Vunja Usai Panen
Sejumlah tetua adat menari sambil melantunkan puji-pujian mengelilingi aneka persembahan hasil panen pada pesta adat Vunja di Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa (8/5/2012). Vunja adalah pesta adat usai panen yang digelar sebagai wujud syukur atas hasil panen yang melimpah. Pesta itu telah menjadi tradisi warga setempat secara turun temurun. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Karnaval Ogoh-Ogoh
Salah satu ogoh-ogoh yang diarak pada Carnaval Ogoh-Ogoh yang dilaksanakan di Desa Tolai, Kecamatan Tolai, Kab. Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Kamis (22/3/2012). Carnaval yang digelar tersebut dalam rangka merayakan Tahun Baru Caka 1934 oleh umat Hindu Bali yang berdiam di daerah tersebut. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Pernikahan Adat Campuran
Pasangan Jefl Logan Comaway berkewarganegaraan Amerika Serikat dan Melisa Widebline Sambara Dewi, WNI, dijamu saat melangsungkan pernikahan adat Kulawi di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (4/2/2012). Pernikahan campuran budaya yang berbeda makin marak dilakukan setelah peraturan perundangan memberi kelonggaran untuk itu. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Sandal Jepit Art Performance
Seniman Endeng Mursalim (40) melakukan aksi art performance bertema “Sandal Jepit” di Jalan Hasanuddin Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (31/12/2011). Aksi itu sebagai bentuk keprihatianan atas kasus hukum yang menimpa AAL yang dituduh mencuri sandal jepit milik seorang anggota polisi. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Hari Raya Katihna
Sejumlah jemaat melepas burung saat perayaan Hari Raya Katihna Tahun 2555/2011 bagi umat Budha di Vihara Karunadipa, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (4/11/2011). Pelepasan burung itu menandai semangat kedamaian yang selalu diajarkan oleh Budha Gautama bmzIMAGES/Basri Marzuki
Rekor Motret Serentak
Sejumlah penari berpose saat pengambilan foto pada Hunting Massive dalam rangka pemecahan rekor Muri memotret serentak nasional di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (9/10/2011). Memotret serentak tersebut dilaksanakan di 33 provinsi di seluruh Indonesia dalam rangka peluncuran website fotografer Indonesia. bmzIMAGES/Basri Marzuki