Seorang polisi memungut batu yang berserakan di jalan usai terjadi bentrokan dengan mahasiswa saat aksi unjuk rasa memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia di depan Kantor Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah di Palu, Kamis (9/12/2010). Pada bentrokan antara mahassiwa dan aparat itu, sedikitnya 15 mahasiswa diamankan. Sejumlah mahasiswa dan aparat mengalami luka-luka. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Palu
Zoom, Festival Media Art
Dua pemain teater dari Masyarakat Batu mengusung globe saat mementaskan teater bertema “Zoom” di Gedung Taman Budaya, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (30/10/2010). Teater karya Putu Wijaya itu bercerita tentang cacat generik yang disebabkan oleh perang. Pentas itu adalah rangkaian dari seri performance art Festival Media Art 101010. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Tradisi Karapan Sapi
Salah seorang peserta memacu sapinya dalam lomba karapan sapi yang digelar di Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (22/4/2010). Lomba tersebut dilaksanakan untuk membangkitkan kembali nilai-nilai olahraga tradisional yang sudah mulai ditinggalkan masyarakat. bmzIMAGES/Basri Marzuki
Bantuan Langsung Tunai
Seorang warga menunjukkan sejumlah lembaran uang yang baru saja diterimanya dari Kantor Pos Induk di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (14/12/2006). Uang tersebut adalah penyaluran keempat program Bantuan Langsung Tunai (BLT) tahun 2006 sebesar Rp300 ribu bagi setiap warga miskin setiap tiga bulan. Kantor Pos se Sulawesi Tengah menyalurkan sekitar Rp64 miliar dana BLT kepada lebih dari 200 ribu warga miskin setiap periode penyaluran. (bmzIMAGES/Basri Marzuki)
Senin Kelabu di Jalan Monginsidi
HARI itu Senin, 16 Oktober 2006, Pendeta Irianto Kongkoli keluar dari rumahnya yang terletak di Jalan Lorong Tanjung Maninmabaya. Pagi itu ia bergegas menuju toko bangunan yang terletak di Jalan Wolter Monginsidi Palu, Sulawesi Tengah karena bahan bangunan untuk perbaikan rumah sudah habis dan semetara itu tukang bangunan akan segera bekerja.
Dengan mobil Super Kijang yang dikendarainya, ia menyusuri jalan dari Tanjung Manimbaya ke Monginsidi yang jaraknya relatif tidak terlalu jauh. Sesampai di depan toko, Irianto membuka pintu mobilnya lalu langsung masuk ke toko bangunan dimaksud.
Usai bertanya ke penjaga toko, ia kemudian ke depan toko itu untuk melihat-lihat bahan bangunan yang direncanakan akan dibelinya. Namun dor.. dor… tiba-tiba peluru timah melesat dari sebuah moncong pistol yang dibidikkan tidak jauh dari kendaraannya yang terparkir di pinggir jalan.
Irianto lagsung rubuh, sebuah peluru menerjang bagian kepalanya. Usai menembak, pengendara yang tidak dikenali itu langsung pergi meninggalkan tempat.
Panik.. penjaga toko tidak tahu harus berbuat apa kecuali meminta pertolongan. Ia berteriak dan seketika warga di sekitar toko datang berusaha membantu. Beberapa di antaranya berinisiatif untuk segera melarikan sang pendeta ke Rumah Sakit Bala Keselamatan yang juga tidak jauh dari lokasi kejadian.
Namun ajal sudah menjemput, nyawa pendeta Iriantio Kongkoli tidak bisa diselamatkan. Peluru yang bersarang di kepala pendeta sama sekali melumpuhkan denyut nadinya.
Mendapat laporan penembakan itu, polisi langsung bergegas ke TKP, mengamankan lokasi dan melakukan olah lokasi. Police lain dibentangkan dengan satuan polisi yang berjaga lengkap dengan bedil panjang.
Tak ada jejak hingga beberapa waktu kemudian.
Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) turun ke jalan. Mereka mendesak agar Polda Sulawesi Tengah lebih serius mengungkap pelaku penembakan pendeta tersebut.
Alhasil, tim Polda Sulteng berhasil mengungkapnya dan bahkan menangkap pelakunya. Kasus itu kemudian di rekonstruksi pada 29 Januari 2007. Ansar nama pelaku penembakan itu. Banyak yang tak percaya jika anak muda kurus berkacamata minus itu adalah pelakunya. Namun demikianlah adanya, Ansar dibui akibat tindakannya.
Naskah dan foto: Basri Marzuki
Poso Riot Convict
Kejuaraan Off-Road
Salah satu tim peserta melewati kubangan lumpur pada kejuaraan offroad di sirkuit Tanah Runtuh, Palu, Sulawesi Tengah, 9 Juli 2006. (bmzIMAGES/Basri Marzuki)