.....local content, discussed globally....

We cover various issues developing in the Palu, Central Sulawesi and surrounding areas.
We chose it for you. We are trusted for that..Please explore further

Banjir Bandang di Sigi

Operator alat berat memindahkan material lumpur dan batang kayu yang menutup aliran air dan menyebabkan banjir bandang di Desa Balongga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (18/4/2024). Pemerintah setempat mengerahkan sejumlah alat berat untuk menangani dampak banjir bandang yang menerjang dua desa di wilayah itu Rabu (17/4) malam terutama membuka kembali akses jalan utama yang saat ini terputus karena tertimbun material lumpur, bebatuan dan potongan kayu. bmzIMAGES/Basri Marzuki

Sejumlah warga korban banjir bandang berada di halaman rumah kerabatnya di Desa Balongga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (18/4/2024). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menyebutkan bencana banjir bandang yang menerjang dua desa yakni Desa Balongga dan Desa Sambo pada Rabu (17/4) menyebabkan sedikitnya 330 jiwa mengungsi yang sebagian besar ke rumah kerabatnya, 118 unit rumah rusak, dua sekolah terendam lumpur, sejumlah fasilitas publik lainnya rusak termasuk Puskesmas Pembantu dan jembatan, puluhan ekor ternak hilang, dan ratusan hektar lahan pertanian rusak. bmzIMAGES/Basri Marzuki

Sisa Peninggalan Bencana Tsunami di Palu

Pengunjung berjalan di atas dek bangkai kapal yang terhempas ke darat akibat tsunami 2018 di Kelurahan Mamboro, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (5/2/2024). Sisa KM Anugerah Perdana 9 yang sebelumnya mensuplai elpiji cair ke Kota Palu dan kini menjadi besi tua itu banyak dikunjungi warga sekitar dan menjadi pengingat kerawanan bencana, terutama tsunami di wilayah itu. bmzIMAGES/Basri Marzuki

Pengunjung berada di atas dek bangkai kapal yang terhempas ke darat akibat tsunami 2018 di Kelurahan Mamboro, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (5/2/2024). Sisa KM Anugerah Perdana 9 yang sebelumnya mensuplai elpiji cair ke Kota Palu dan kini menjadi besi tua itu banyak dikunjungi warga sekitar dan menjadi pengingat kerawanan bencana, terutama tsunami di wilayah itu. bmzIMAGES/Basri Marzuki

Salt Farmers After the Tsunami

https://www.cialispascherfr24.com/cialis-60-mg-pas-cher/

It’s used to treat infections such as chest infections, skin infections, rosacea, dental infections and sexually transmitted infections (STIs), as well as a lot of other rare infections. It is not likely that other drugs you take orally or inject will have an effect on topically applied alitretinoin. However, elderly patients are more likely to have constipation, trouble passing urine, uncontrolled movements, or age-related liver, kidney, or heart problems, which may require caution in patients receiving clozapine http://farmaciaenlineasinreceta.org/. Fuzeon must be used in combination with other HIV drugs.

Setahun Bencana Sulawesi Tengah, BERGERAK BANGKIT

Lokasi tanah amblas tujuh meter akibat likuefaksi di Kelurahan Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (26/9/2019). Lahan tersebut kini masuk dalam "Zona Merah" dan dijadikan Memorial Park. bmzIMAGES/Basri Marzuki

SEORANG bapak menengadahkan kedua tangannya di depan sebuah batu nisan tak bernama di Kompleks Pekuburan Poboya Palu, Sulawesi Tengah – tempat ribuan korban bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi dikubur massal. Mulutnya komat kamit memanjatkan doa bagi sang buang hati yang menjadi salah satu korban.

Di tempat lain, seorang ibu menatap kosong ke hamparan puing-puing rumah yang telah rata dengan tanah di bekas tempat tinggalnya di Kelurahan Balaroa. Memorial park seluas 136 hektare itu selalu membawa ingatan ibu itu tentang rumah dan keluarganya yang tertelan lumpur, hilang tak berbekas.

Dan di Pantai Talise, seorang pria duduk di atas bekas tanggul penahan ombak sembari mendekap kedua lututnya. Pandangannya lurus ke teluk yang membelah kota. Dia mengenang seorang perempuan pujaannya yang terenggut gelombang tsunami….

Namun cerita duka, sedih, dan keputusasaan itu sudah berlalu, berganti dengan gerak aktivitas untuk terus melanjutkan hidup karena hidup memang harus tetap berlanjut. Para korban bencana 28 September 2018 itu mematrikan diri untuk bangkit!!!

Setahun setelah bencana dahsyat itu, anak-anak kembali bergandengan tangan menuju sekolah-sekolah, pedagang meramaikan pasar, pegawai rutin ke tempat kerja, sopir mengangkut penumpang, SPBU mengisi BBM kendaraan, rumah sakit melayani pasien, bank menerima setoran simpanan, ekonomi berputar kembali, trauma akan bencana perlahan pulih.

Terdapat sekitar 53.172 Kepala Keluarga yang terdampak bencana pada Jumat, 28 September 2018 itu. Sebagian di antaranya telah menghuni hunian-hunian sementara (Huntara), baik yang dibangun oleh pemerintah melalui Kementerian PUPR, BUMN, maupun oleh lembaga kemanusiaan non pemerintah.

Dalam rentang waktu masa tanggap darurat, sejumlah infrastruktur yang rusak telah tertangani. Listrik mengalir kembali ke pemukiman-pemukiman, tak terkecuali di Huntara-huntara. Sistem komunikasi yang sebelumnya lumpuh total kini berfungsi dengan normal kembali.

Kondisi normal seperti sebelumnya memang belum sepenuhnya terwujud, namun masa rehabilitasi dan rekonstruksi yang sedang berjalan diharapkan dapat mengejawantahkan kehadiran negara bagi para korban yang juga rakyat Indonesia. ***

Naskah dan foto: Basri Marzuki

Didera Banjir Bandang Beruntun, Desa Bangga Kini

Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia diterjang banjir bandang beruntun. Puncaknya pada 28 April 2019 yang mengubur ratusan rumah penduduk. Ratusan Kepala Keluarga terpaksa mengungsi ke tempat aman.
Pemerintah setempat menjanjikan relokasi buat para korban karena desanya tidak layak huni lagi. Kini, menjelang enam bulan setelah bencana itu, sebagian besar dari korban itu masih menempati tenda-tenda darurat dengan keadaan yang serba terbatas dan kekurangan. Tak ada lagi bantuan yang masuk seperti ketika awalnya bencana itu menerjang..

Menghadang Abrasi Teluk Palu

Sekitar 23 persen bakau di dunia tumbuh di Indonesia. Bakau ini melindungi pantai dari abrasi, banjir dan tsunami. Namun sejak 1980-an, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sekitar 40 persen hutan bakau tersebut telah rusak dan perusakan itu berkontribusi terhadap pemanasan global.

Approximately 200 patients with newly diagnosed Parkinson’s disease participated in a clinical study of cabergoline monotherapy. It is a combination of four drugs in one pill, taken once a day. Take triamterene and hydrochlorothiazide exactly as directed Generyczny Cialis online cena. It is wise to avoid use loperamide in patients who require bethanechol.

Garis pantai Teluk Palu yang meliputi Kota Palu dan Kabupaten Donggala di Sulawesi Tengah tak luput dari kerusakan hutan bakau tersebut. Dulunya, garis pantai sepanjang lebih dari 67 kilometer itu tertutupi hutan bakau. Namun kini hanya menyisakan tak lebih dari 10 hektar atau sepanjang 2,5 kilometer. Hilangnya hutan bakau itu antara lain disebabkan oleh penebangan, pemukiman, hotel, dan dermaga.

Ketika tsunami menghantam Kota Palu dan Donggala dengan skala yang cukup besar pada 28 September 2018, sebagian besar pesisir pantai hancur karena bakau yang seharusnya menjadi penghadang tsunami sudah rusak dan hilang.

Ekosistem bakau yang tersisa hanyalah Gonenggati yang terletak di Kabupaten Donggala. Hutan bakau yang dilestarikan itu dikelola oleh kelompok pemuda yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) beranggotakan 30 pemuda lokal, diketuai seorang pemuda bernama Yuryanto.

Mereka menanam bibit bakau di lahan pesisir yang rusak dan juga menjadikannya sebagai laboratorium bagi pelajar dan mahasiswa, serta menyulapnya sebagai tempat wisata dengan melibatkan masyarakat sekitarnya.

Meski dijadikan sebagai obyek wisata, hutan bakau tersebut juga menjadi sumber penghidupan nelayan lokal untuk menangkap udang dan kepiting.

Kesadaran pentingnya melestarikan bakau menjadi motivasi utama bagi kelompok pemuda itu. Mereka menyadari, wilayahnya tak memiliki sumberdaya yang bisa diandalkan untk mengangkat tingkat kehidupan mereka menjadi lebih baik, dan di sisi lain, hutan bakau disadari pula sangat efektif dalam menyerap karbon.

Tak sebatas itu, kesadaran itu juga ditularkan kepada berbagai kelompok lainnya untuk turut mengambil peran, tak sekadar melindungi pesisir, tetapi juga untuk keberlanjutan generasi berikutnya.

Penelitian yang dilakukan oleh National University of Singapore pada 2018 menyimpulkan bahwa hutan bakau adalah habitat yang paling hemat biaya untuk mengurangi emisi karbon. Vegetasi pantai tumbuh cepat dan menyimpan karbon organik lebih efisien daripada hutan hujan tropis atau ekosistem lainnya.

Tanah ekosistem mangrove adalah yang paling penting karena 78 persen karbon tersimpan di tanah, 20 persen di pohon hidup dan dua persen di pohon mati. Saat digunduli, ekosistem mangrove melepaskan karbon dioksida (CO2) ke udara.

Di Indonesia, 190 juta metrik ton CO2 dibebaskan setiap tahun karena deforestasi hutan bakau, yang mencapai 42 persen dari emisi gas rumah kaca.

Di tempat lain, para pecinta lingkungan menuntut untuk menghentikan deforestasi dan memulihkan hutan bakau di Teluk Palu, terlebih menilik dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh tsunami September 2018 lalu yang memporak-porandakan garis pantai Teluk Palu dan lebih jauh lagi terus mengikis pantai sepanjang Teluk Palu.

Bencana tsunami telah membuktikan jika pesisir pantai Gonenggati sedikit pun tidak mengalami kerusakan apalagi menelan korban jiwa karena perlindungan hutan bakau yang dikelola kelompok pemuda itu.

Atas hal itu, kelompok tani hutan ini bersama pecinta lingkungan lainnya menolak jika perlindungan terhadap garis pantai dilakukan dengan membangun tanggul beton. Selain padat modal, tanggul beton dinilainya memisahkan sosio ekonomi mastakaat pesisir dengan laut yang menjadi sumber penghidupannya. Tanggul beton dinilai tak bisa memberi kontribusi yang siginifikan terhadap ancaman pemanasan global yang sudah tampak di depan mata.

Naskah dan Foto: Basri Marzuki / bmzIMAGES

Kembalinya KM Sabuk Nusantara 39 ke Laut

Donggala, Central Sulawesi, Indonesia (February 5, 2019): KM Sabuk Nusantara 39 ship glides into the sea after being pulled by a tug boat in Wani Port, Donggala, Central Sulawesi, Indonesia, Tuesday, February 5, 2019. After being on land due to the tsunami waves hit Last September 28, 2018, finally the Sea Toll boat owned by PT. The Pelni was finally pulled back into the sea by being driven by an excavator and pulled by a tug boat. Most of the residents who lived around regretted that the ship should have remained on land as a memory that there had been a devastating tsunami in the region. bmzIMAGES/Basri Marzuki

TEPAT pukul 18.54 Wita, KM Sabuk Nusantara 39 yang terhempas ke darat oleh gelombang tsunami 28 Spetember 2018 lalu di Pelabuhan Wani, Donggala, Sulawesi Tengah, akhirnya kembali ke laut.

Kapal Tol Laut milik PT. Pelni yang berbobot mati 500 gross ton itu berhasil diluncurkan kembali ke laut setelah didorong oleh sebuah alat berat excavator dari darat dan sementara itu juga ditarik oleh sebuah tug boat dari laut.

By blocking muscarinic cholinergic receptors in the CNS, benztropine reduces the excessive cholinergic activity present in parkinsonism and related states. Azactam is used to treat severe infections of the blood, urinary tract, lungs, skin, stomach, or female reproductive organs. Compared to never being exposed to pioglitazone, a duration of pioglitazone therapy longer than 12 months was associated with a 40% increase in risk (HR 1 site. Concomitant or sequential antibiotic use was defined as exposure to another antibiotic within 24 hours (before or after) of ceftaroline administration, based on the electronic medication administration record.

“Waowwww…” serentak suara itu bergema ketika kapal tersebut meluncur mulus dari “air bag” atau bantalan karet berisi udara yang telah dipasang di bawah kapal tersebut sebelumnya. Prosesi peluncuran itu berlagsung hanya dalam hitungan detik hingga kapal yang telah “bermukim” selama lebih dari empat bulan itu mengapung kembali di laut.

Sesungguhnya, kapal itu telah dipersiapkan peluncurannya sejak 21 Januari 2019 lalu, namun karena masalah administrasi perizinan dari Kementerian Perhubungan selaku pemegang otoritas operasional kapal itu belum terbit, sehingga urung dilakukan.

“Proses awal telah dimulai dengan memasukkan ganjalan dari batang kelapa. Batang kelapa ini berfungsi mengangkat Badan kapal setinggi 50 cm sebelum memasukkan air bag. Air bag berfungsi sebagai pengganti rel,” kata kepala teknisi PT Samudera Rezeki Teknindo (Smart), Sarman awal Januari 2019 lalu.

Setelah mengapung di laut, kapal itu tidak langsung berlayar. Menurut teknisi, kapal itu akan dicek kembali kelayakannya untuk berlayar, karena telah lebih empat bulan terdiam di darat.

Sementara itu, aneka reaksi ditunjukkan warga sekitarnya atas kembalinya kapal yang telah menemaninya selama lebih dari empat bulan di kawasan itu.

“Aduh kasiang, sudah tidak adami kapalna,” ujar Mila, seorang warga yang mengaku bermukim tidak jauh dari kapal itu terhempas ke darat.

Lain lagi dengan Daeng yang juga warga setempat. Daeng mengaku menyesal tidak sempat menyaksikan langsung prosesi peluncuran kembali kapal itu ke laut. Padahal menurutnya, banyak kenangan yang ditorehkan sejak kapal itu berlabuh di darat.

“Sejak kapal itu naik ke darat, banyak orang yang datang melihatnya, kampong ini jadi ramai, banyak juga penjual bermunculan, juga parkiran bagi warga setempat. Tapi sekarang sudah pergi mi itu kapal kasiang,” ujar Daeng dengan ekspresi sedih.

Bagi Rustam yang juag warga di sekitar itu, seharusnya kapal itu tidak perlu ditarik ke laut atau dibiarkan di tempat itu saja sebagai penanda atau semacam memorial park bahwa telah terjadi bencana tsunami dahsyat di kawasan itu.

“Tapi itu cuma harapang saya, tapi kalau pemerintah maunya lain, mau diapami,” ujarnya dengan dialek Bugisnya.

Warga tetap bergerombol di kegelapan malam kawasan itu hingga beberapa saat untuk menyaksikan kapal itu yang sedang mengapung tidak jauh dari dermaga Pelabuhan Wani.

Mauka kurasa menangis, sedihku kurasa kapal itu ditarik,” celetuk Wati di gelapnya malam itu. []

Naskah dan foto: Basri Marzuki

 

Yellow Memories Tsunami Performance

Palu, Central Sulawesi, INDONESIA (7th Jan 2019): Japanese artist, Daisuke Takeya performed "Yellow Memories" on Talise Beach, Palu Bay, Central Sulawesi, Indonesia, Monday (1/7/2019). The show was the result of collaboration with the Ruang 28 and Sudut Pandang Forum to care for the memories of the earthquake, tsunami and liquefaction disaster that hit Palu City on September 28, 2018 which killed more than 2,000 people. bmzIMAGES/Basri Marzuki

Palu, Central Sulawesi, INDONESIA (7th Jan 2019): Japanese artist, Daisuke Takeya performed “Yellow Memories” on Talise Beach, Palu Bay, Central Sulawesi, Indonesia, Monday (1/7/2019). The show was the result of collaboration with the Ruang 28 and Sudut Pandang Forum to care for the memories of the earthquake, tsunami and liquefaction disaster that hit Palu City on September 28, 2018 which killed more than 2,000 people. bmzIMAGES/Basri Marzuki

Liquefaction Memorial Park in Palu

Palu, Central Sulawesi, INDONESIA (January 1, 2019): Residents pass in the former land liquefaction area in Balaroa Village, Palu, Central Sulawesi, Indonesia, Tuesday (1/1/2019). The local government banned residents from reusing the former liquefaction area because it was included in the disaster “Red Zone”. The government will also make the area a memorial park to … Read more