.....local content, discussed globally....

We cover various issues developing in the Palu, Central Sulawesi and surrounding areas.
We chose it for you. We are trusted for that..Please explore further

Land Subsidence Causes Tidal Flooding

Seorang anak melintas di genangan banjir rob atau air pasang laut di Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donngala, Sulawesi Tengah, Minggu (12/1/2020). Banjir air pasang yang masuk hingga kepemukiman warga itu disebabkan karena terjadinya penurunan permukaan tanah sedalam dua meter akibat gempa 7,4 SR yang berpusat di desa itu pada 28 September tahun lalu. Warga setempat terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan kembali lagi ke rumah mereka setelah air surut. bmzIMAGES/Basri Marzuki

Warga beraktivitas di rumahnya yang digenangi banjir rob atau air pasang laut di Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donngala, Sulawesi Tengah, Minggu (12/1/2020). Banjir air pasang yang masuk hingga kepemukiman warga itu disebabkan karena terjadinya penurunan permukaan tanah sedalam dua meter akibat gempa 7,4 SR yang berpusat di desa itu pada 28 September tahun lalu. Warga setempat terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan kembali lagi ke rumah mereka setelah air surut.

Residents move in their homes which are flooded by tidal floods or tides in the village of Tompe, Sirenja District, Donngala Regency, Central Sulawesi, Indonesia on Sunday (12 January 2020). Tidal floods that entered the residential areas were caused by a two meter deep land subsidence due to the 7.4 SR earthquake centered on the village on September 28 last year. Local residents are forced to flee to higher ground and return to their homes after the water has receded.

Setahun Bencana Sulawesi Tengah, BERGERAK BANGKIT

Lokasi tanah amblas tujuh meter akibat likuefaksi di Kelurahan Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (26/9/2019). Lahan tersebut kini masuk dalam "Zona Merah" dan dijadikan Memorial Park. bmzIMAGES/Basri Marzuki

SEORANG bapak menengadahkan kedua tangannya di depan sebuah batu nisan tak bernama di Kompleks Pekuburan Poboya Palu, Sulawesi Tengah – tempat ribuan korban bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi dikubur massal. Mulutnya komat kamit memanjatkan doa bagi sang buang hati yang menjadi salah satu korban.

Di tempat lain, seorang ibu menatap kosong ke hamparan puing-puing rumah yang telah rata dengan tanah di bekas tempat tinggalnya di Kelurahan Balaroa. Memorial park seluas 136 hektare itu selalu membawa ingatan ibu itu tentang rumah dan keluarganya yang tertelan lumpur, hilang tak berbekas.

Dan di Pantai Talise, seorang pria duduk di atas bekas tanggul penahan ombak sembari mendekap kedua lututnya. Pandangannya lurus ke teluk yang membelah kota. Dia mengenang seorang perempuan pujaannya yang terenggut gelombang tsunami….

Namun cerita duka, sedih, dan keputusasaan itu sudah berlalu, berganti dengan gerak aktivitas untuk terus melanjutkan hidup karena hidup memang harus tetap berlanjut. Para korban bencana 28 September 2018 itu mematrikan diri untuk bangkit!!!

Setahun setelah bencana dahsyat itu, anak-anak kembali bergandengan tangan menuju sekolah-sekolah, pedagang meramaikan pasar, pegawai rutin ke tempat kerja, sopir mengangkut penumpang, SPBU mengisi BBM kendaraan, rumah sakit melayani pasien, bank menerima setoran simpanan, ekonomi berputar kembali, trauma akan bencana perlahan pulih.

Terdapat sekitar 53.172 Kepala Keluarga yang terdampak bencana pada Jumat, 28 September 2018 itu. Sebagian di antaranya telah menghuni hunian-hunian sementara (Huntara), baik yang dibangun oleh pemerintah melalui Kementerian PUPR, BUMN, maupun oleh lembaga kemanusiaan non pemerintah.

Dalam rentang waktu masa tanggap darurat, sejumlah infrastruktur yang rusak telah tertangani. Listrik mengalir kembali ke pemukiman-pemukiman, tak terkecuali di Huntara-huntara. Sistem komunikasi yang sebelumnya lumpuh total kini berfungsi dengan normal kembali.

Kondisi normal seperti sebelumnya memang belum sepenuhnya terwujud, namun masa rehabilitasi dan rekonstruksi yang sedang berjalan diharapkan dapat mengejawantahkan kehadiran negara bagi para korban yang juga rakyat Indonesia. ***

Naskah dan foto: Basri Marzuki

Refugee Poisoning from Food Aid

Refugees victims of the earthquake and tsunami received medical treatment due to food poisoning at Anutapura Hospital, Palu, Central Sulawesi, Indonesia, Saturday (January 19, 2019). At least 50 people displaced by the earthquake and tsunami that inhabited refugee camps were rushed to hospitals due to poisoning after eating food distributed by donors. Photo by bmzIMAGES/Basri Marzuki

REFUGEES victims of the earthquake and tsunami received medical treatment due to food poisoning at Anutapura Hospital, Palu, Central Sulawesi, Indonesia, Saturday (January 19, 2019). At least 50 people displaced by the earthquake and tsunami that inhabited refugee camps were rushed to hospitals due to poisoning after eating food distributed by donors. Photo by bmzIMAGES/Basri Marzuki

Yellow Memories Tsunami Performance

Palu, Central Sulawesi, INDONESIA (7th Jan 2019): Japanese artist, Daisuke Takeya performed "Yellow Memories" on Talise Beach, Palu Bay, Central Sulawesi, Indonesia, Monday (1/7/2019). The show was the result of collaboration with the Ruang 28 and Sudut Pandang Forum to care for the memories of the earthquake, tsunami and liquefaction disaster that hit Palu City on September 28, 2018 which killed more than 2,000 people. bmzIMAGES/Basri Marzuki

Palu, Central Sulawesi, INDONESIA (7th Jan 2019): Japanese artist, Daisuke Takeya performed “Yellow Memories” on Talise Beach, Palu Bay, Central Sulawesi, Indonesia, Monday (1/7/2019). The show was the result of collaboration with the Ruang 28 and Sudut Pandang Forum to care for the memories of the earthquake, tsunami and liquefaction disaster that hit Palu City on September 28, 2018 which killed more than 2,000 people. bmzIMAGES/Basri Marzuki

Land Subsidence After the Arthquake in Palu

Palu, Central Sulawesi, INDONESIA, (5th Jan 2019): The rob water inundated the shopping complex and roads in Taman Ria, Lere, Palu, Central Sulawesi, Indonesia, on Saturday (1/5/2019). The 7.4 magnitude earthquake that occurred on September 28, 2018 caused a land subsidence (down lift) in the area to reach 1.5 meters. The earthquake also caused a … Read more

Memori yang Terserak di Puing Likuifaksi

Boneka anak yang terserak di Kelurahan Balaroa. bmzIMAGES/BasriMarzuki

JUMAT (28 September 2018) petang itu mungkin menjadi “kiamat kecil” bagi warga di Kelurahan Petobo dan Balaroa di Kota Palu dan juga Desa Jono Oge dan Sibalaya Utara Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Indonesia.

Bagaimana tidak, getaran bumi yang menghentak hingga 7,4 Skala Richter menimbulkan kepanikan massal dan kekacauan masif. Tak hanya di empat wilayah itu, namun magnitudonya juga mencemaskan semua orang di seantero  Palu, Sigi, Donggala dan wilayah sekitarnya.

Berlari ke tempat terbuka mungkin sudah di luar kepala jika menghadapi situasi seperti itu, atau berlari ke tempat yang lebih tinggi ketika gempa disertai tsunami akan menerjang mungkin juga sudah menjadi prosedur baku sebagaimana pelajaran mitigasi bencana.

Likuifaksi atau pencairan dan pergeseran tanah mungkin pengecualian atas solutif itu. Entah karena langka terjadinya atau memang tidak terbetik di kepala bakal ada bencana yang menggulung permukaan tanah sepeti itu.

Apapun itu, likuifaksi telah menelan mentah-mentah perumahan dan bangunan yang ada di atas Petobo, Balaroa, Jono Oge, dan Sibalaya Utara seluas lebih dari 600 hektare.

Yang tersisa hanyalah serakan kenangan orang-orang terkasih yang menghembuskan nafas terakhir dalam himpitan reruntuhan rumah dan bangunan serta kubangan lumpur yang memilukan.

Serakan itu akan menjadi “monument park” akan kuasa yang maha.

Tuhan, beri kekuatan atas musibah ini. Terimalah arwah korban dan tempatkanlah di sisiMU. ***

Naskah dan foto: Basri Marzuki